Review Wuthering Waves: Penantang Terbaik Genshin Impact

Dirilis pada 23 Mei 2024 yang lalu, Wuthering Waves berhasil menghimpun lebih dari 30 juta pemain dari seluruh dunia. Banyaknya jumlah pemain tersebut menjadi indikasi bahwa setidaknya game ini cukup berhasil membuat para pemainnya tertarik untuk mencoba. Setelah hampir tiga minggu berlangsung, RRQ TopUp akan mengulas Wuthering Waves dalam bentuk Review, yang menilai apakah game ini sebenarnya sebagus hype-nya atau tidak.

Wuthering Waves sejak sebelum dirilis sudah digadang-gadang sebagai “The Next Genshin Impact”. Hal ini tidak mengherankan, mengingat sudah banyak game dengan genre serupa yang mencoba untuk merebut pasar dari game besutan miHoYo tersebut, tetapi berujung kegagalan di tengah jalan.

Orang-orang juga tidak menyematkan istilah “Genshin Killer” lagi bagi Wuthering Waves, karena sedari awal Kuro Games sebagai Developer sudah dikenal dengan game ber-mekanik tinggi seperti Punishing: Gray Raven. Sehingga secara sendirinya, pemain sadar bahwa Wuthering Waves akan mengambil basis pemain yang berbeda dengan Genshin Impact. Dan memang benar, tidak sedikit pemain yang akhirnya tertarik mencoba karena diferensiasi tersebut.

Gameplay

Bagi kamu yang suka game seperti Monster Hunter, Sekiro, atau game-game Soulslike, dijamin kamu bakal menikmati tantangan yang ada di Wuthering Waves.

Secara sekilas Wuthering Waves tampak seperti Anime RPG biasa yang menerapkan sistem Open-World. Kamu akan disuguhkan berbagai karakter dengan playstyle dan kemampuan unik mereka masing-masing, yang bisa kamu pilih sesuai gaya bermainmu.

Namun saat masuk semakin dalam, secara perlahan pemain akan langsung sadar bahwa cara bermain di game ini tidak bisa asal gebak-gebuk saja. Mekanik-mekanik dasar seperti dodge dan parry yang dikenalkan di awal, menandakan bahwa game ini mendorong pemain untuk lebih adaptif saat bermain. Bahkan jika tidak berhati-hati, maka pemain bisa mati dengan satu pukulan saja.

Setiap pemain dapat menyusun satu tim yang terdiri dari tiga karakter atau yang juga disebut Resonator. Setiap Resonator memiliki jenis senjata dan elemen yang berbeda. Ada 5 jenis senjata yang bisa dipilih, yaitu Sword, Broadblade, Rectifier, Pistols, dan Gauntlets, dan juga 6 elemen yang meliputi Spectro, Havoc, Fusion, Glacio, Electro, dan Aero.

Di Wuthering Waves, elemen hanyalah berfungsi sebagai pembeda saja dan tidak memberikan efek tertentu. Elemen di game ini nampaknya hanya terkesan seperti sekadar identitas dan pembeda yang dibuat-buat saja, sehingga karakter yang ada di dalam game lebih bervariasi saja.

Meski begitu, bukan berarti mekaniknya sendiri tidak kompleks, melainkan Kuro Games lebih mendalami aspek lainnya daripada faktor elemen ini, setidaknya untuk versi 1.0.

Weapon dan elemen karakter berkaitan erat dengan Equipment System, yang efeknya disesuaikan dengan kebutuhan karakter. Selain Weapon, Equipment lain yang tidak kalah penting untuk dibahas adalah Echo.

Echo

Salah satu hal yang paling menarik dari Wuthering Waves adalah Equipment System unik ini yang disebut dengan Echo. Di Genshin Impact, sistem ini mirip dengan “Artifact” yang umumnya didapatkan setelah menyelesaikan tantangan berbasis Dungeon dengan menggunakan Stamina / Resin.

Nah, di Wuthering Waves, Echo akan didapatkan setelah mengalahkan monster-monster yang ada di dunia. Tidak hanya memberikan stat saja, pemain juga bisa menggunakan kemampuan spesial dari Echo tersebut.

Kemampuan setiap Echo juga akan berbeda satu dengan yang lainnya. Echo ini tidak dibatasi hanya pada musuh kecil saja, namun juga bisa didapatkan hingga Boss-boss berukuran besar lengkap dengan kemampuan khusus mereka.

Inferno Rider

Misalnya saja Echo Inferno Rider di atas. Saat diaktifkan, pemain akan bermain sebagai pembalap api dan akan melesat dalam beberapa detik, sehingga sangat membantu eksplorasi dengan cepat. Echo ini merupakan salah satu wujud dari Boss Fusion yang juga akan memberikan damage saat dipakai di pertempuran.

Apalagi dengan banyaknya jenis monster yang tersebar di dunia Wuthering Waves, menjadikan pengalaman eksplorasi dan dunianya tidak terasa kosong, karena setiap monsternya, kecil atau besar, memiliki fungsi yang lebih dari sekadar menjatuhkan material saja.

Eksplorasi dan Dunia

Wuthering Waves mengambil tema post-apocalyptic di dunia Solaris 3, yang hancur setelah kekacauan besar yang disebut dengan “The Lament”. Selain memporak-porandakan dunia, kejadian tersebut juga mengacaukan fenomena alam yang tidak seharusnya terjadi. Puncaknya adalah kemunculan monster-monster yang disebut dengan Tacet Discord yang meneror umat manusia.

Karena mengangkat tema post-apocalyptic, Kuro Games sepertinya dengan sengaja mendesain dunia Wuthering Waves dengan warna yang lebih gelap dan sendu, agar suasana mencekamnya lebih terasa.

Seperti namanya, Wuthering Waves, Kuro Games meletakkan banyak sekali referensi dan istilah yang lekat dengan gelombang suara. Misalnya saja setiap Resonator (karakter dengan kekuatan khusus) memiliki tanda di tubuh mereka yang menyerupai soundwave atau gelombang suara. Ada juga beberapa Domain yang pintu masuknya menyerupai Speaker aktif, dan referensi-referensi lainnya.

Untuk menyusuri medan yang ada, pemain diberi banyak kemudahan melalui mekanik-mekanik sederhana, namun memiliki dampak yang besar terhadap pengalaman bermain. Misalnya saja ketika berlari, pemain tidak akan memakai stamina, sehingga pemain dapat berlari selama mungkin, sepanjang tidak memicu aggro musuh.

Ada juga kemudahan lain seperti kemampuan berlari di dinding, yang bahkan bisa dimanfaatkan untuk mencapai tebing tinggi sekalipun. Belum lagi gawai-gawai yang memudahkan pemain seperti Grappling Hook, yang membuat pemain melesat maju bak Spider-Man, dan masih banyak lagi. Hal ini sangat diapresiasi dan tentunya sangat membuat para pemain Genshin Impact iri.

Dunia yang mereka desain ini juga dapat dikatakan cukup lengkap, karena memiliki banyak lanskap yang jauh berbeda. Jadi di dalam satu dunia saja, terdapat daerah perkotaan, hutan rimba, daerah bersalju, padang pasir, hingga reruntuhan kota yang membara. Semuanya memiliki jarak yang cukup dekat antara satu dengan lainnya. Bayangkan saja, bagaimana ekspansi yang Kuro Games siapkan untuk versi-versi mendatang.

Tetapi entah mengapa, meskipun memiliki lanskap yang beragam lengkap dengan makhluk-makhluk unik yang tinggal di dalamnya, tidak ada satu tempat pun yang cukup berkesan untuk diingat. Minimnya landmark dan monumen spesial, membuat tempat-tempat yang dilalui akan mudah dilupakan begitu saja.

Landmark dan Musik

Jika dibandingkan dengan Genshin Impact, banyak tempat-tempat di Genshin Impact yang memberikan “Impact” ke ingatan pemainnya berkat bentuknya yang unik atau mungkin yang estetik.

Misalnya saja ketika pertama kali ke daerah Liyue atau saat pertama kali menginjakkan kaki ke Stormterror Lair. Meski sudah lama tidak bermain, setidaknya kenangan saat pertama kali menapaki daerah tersebut masih ada di benak pemain.

Pengaruh background music juga menjadi faktor yang penting untuk membentuk memori tersebut. Karena mengambil dunia post-apocalyptic, BGM yang diputar saat berkeliling sangat minim melodi dan hanya bunyi-bunyi ambient saja. Musik baru terasa mengangkat semangat, ketika pemain menghadapi musuh Bos saja, itu pun terkadang luput dari perhatian pemain karena terlalu fokus bertarung.

Tidak bisa dipungkiri, peran musik latar memiliki dampak yang besar di dalam media-media hiburan saat ini, tak terkecuali di dalam game. Musik bisa menjadi katalis untuk mempengaruhi emosi, suasana hati, dan pengalaman bermain jika digunakan di waktu yang tepat.

Sudah banyak game-game dengan OST legendaris yang menerapkan hal ini, sebut saja Final Fantasy, The Elder Scrolls V: Skyrim, Doom, God of War, dlsb.

Atau tidak perlu jauh-jauh membandingkan dengan game ber-genre lain, Genshin Impact pun juga selalu memberikan OST terbaik mereka, berkat tema regional yang memperkaya variasi yang mereka suguhkan.

Jadi jika ditelusuri, alasan mengapa banyak lokasi Wuthering Waves kurang begitu memorable mungkin saja karena kombinasi antara minimnya landmark dan musik latar yang sengaja ditiadakan. Tetapi bukan berarti Kuro Games tidak memiliki OST yang “wow”.

Karena memang daya tarik utama Wuthering Waves adalah sistem pertarungannya, maka BGM yang mereka siapkan baru akan terdengar badass saat masuk ke arena pertempuran. Sehingga, tidak heran jika BGM saat eksplorasi tidak terlalu diurus dengan benar. Tetapi ada baiknya jika Kuro Games mau memperhatikan aspek ini di versi mendatang.

Sayangnya, gameplay kompleks dan Combat System yang menantang seolah menutupi salah satu aspek terlemah dari Wuthering Waves, yaitu cerita dan narasi yang mereka bangun.

Story dan Narasi

Jangan salah, dunia dan world-building dari Wuthering Waves sebenarnya menarik, karena banyaknya lore yang terkandung di dalamnya. Hanya saja, apa gunanya lore dan dunia yang menarik, jika antusiasme pemain di awal game dipatahkan karena “Hook” yang lemah.

Pemain akan menjalankan cerita sebagai Rover yang amnesia (sebuah awalan cerita yang cukup umum dan klise) yang hanyut di lautan dan akhirnya terdampar. Tanpa ingatan dan tujuan yang jelas, Rover ditemukan oleh dua Resonator yang menjelaskan dunia Solaris dan membawa Rover ke kota mereka.

Selama perjalanan ke kota, pemain bakal ditampar oleh berbagai istilah rumit, yang membuat pemain harus menyimak sedikit lebih keras. Apalagi, ada juga cutscene-cutscene tanpa konteks, yang relevansinya baru ketahuan di pertengahan hingga akhir cerita.

Boro-boro sampai di akhir cerita, banyak pemain sudah lelah duluan mengingat istilah-istilah tanpa wujud yang dijatuhkan di awal game, sehingga “Hook” yang dimaksudkan tadi tidak dapat mengait pemain agar bisa terus fokus mendalami cerita.

Semisal mereka lebih banyak menggunakan teknik “Show, don’t tell” untuk membangun narasi, pasti lebih banyak pemain yang tertarik untuk terus mengikuti cerita hingga akhir, karena memang klimaks dari cerita utama di versi 1.0 sebenarnya cukup seru.

Salah satu alasan mengapa cerita Genshin Impact cukup digemari oleh para pemainnya adalah pintu masuk mereka yang sangat sederhana dan mudah dicerna untuk setiap kalangan.

sumber: Genshin Impact

Begini kira-kira awalan yang ada di Genshin Impact:

  1. MC terpisah dengan kembarannya.
  2. Tidak sengaja bertemu dengan Paimon dan bertekad mencari saudara/i-nya.
  3. Paimon mengusulkan untuk pergi ke negara-negara untuk menanyakan keberadaan saudara/i yang hilang.
  4. Pergi ke Mondstadt.
  5. Menyelesaikan konflik yang ada, sambil perlahan memberikan istilah-istilah baru.
  6. Konflik selesai dan pindah ke wilayah selanjutnya.

Dunianya baru akan meluas secara perlahan seiring pemain memasuki wilayah baru.

Kekacauan awal cerita Wuthering Waves juga sebenarnya bukan tanpa sebab. Sebenarnya Kuro Games sudah menyiapkan “Hook” yang jauh lebih menarik dibandingkan yang ada saat ini. Tetapi karena banyaknya pemain di Tiongkok yang memprotes karena dirasa terlalu “gelap”, maka Kuro Games secara kasar menggantinya dan ceritanya seperti yang kita ketahui sekarang.

Tetapi cerita yang buruk bukan berarti akan menghentikan pemain untuk tetap bermain dan menjalankan konten-konten yang ada.

Progress Akun dan Konten

Secara teori, konten di Wuthering Waves tidak akan pernah habis. Salah satu alasannya adalah karena sistem Echo yang telah disebutkan sebelumnya. Selama pemain ingin terus memperbaiki stat dari karakter mereka, maka selama itu juga pemain akan terus melakukan grinding Echo-Echo yang mereka butuhkan.

Kalau dilihat secara progress, Wuthering Waves termasuk yang cukup unik. Hanya dalam waktu dua minggu saja, pemain “bisa” mencapai gearing endgame dengan lima Echo emas untuk beberapa karakter, dengan catatan pemain harus paham betul bagaimana mengoptimalkan resource yang ada.

Dengan begitu, pemain bisa mencicipi bagaimana mode-mode ekstra sulit yang akan mereka temui di tahap akhir nanti, meskipun mereka baru bermain beberapa minggu saja.

Meski secara gearing sudah mumpuni untuk fase endgame, tetapi karena level akun bakal membatasi stat karakter, maka stat akhir karakter secara natural tidak akan menyentuh stat optimal, setidaknya tidak dalam waktu dekat.

Alhasil, pemain akan bersemangat untuk membangun karakter mereka, karena pada akhirnya gearing mereka tidak dibatasi oleh Stamina atau Energi seperti game-game live service pada umumnya dalam taraf tertentu. Sangat berbeda dengan Genshin Impact atau game gacha kebanyakan, yang sudah kehabisan konten di bulan-bulan pertama.

Sistem Stamina dalam sebuah game memang dikenal cukup menyebalkan, karena didesain untuk membatasi pemain melanjutkan progress dari akun mereka, agar konten game tersebut tidak langsung habis di dalam waktu yang singkat.

Melalui Echo, Kuro Games secara cermat mencari solusi dan jalan tengah dari masalah ini, sehingga pemain masih bisa bermain meskipun tidak memiliki Stamina yang bisa digunakan.

Endgame

Terdapat tiga jenis mode Endgame yang disiapkan Kuro Games, yakni Tower of Adversity, Illusive Realm dan Tactical Hologram.

Ketiganya memiliki cara bermain yang sama sekali berbeda. Tower of Adversity atau ToA mendorong pemain untuk menyelesaikan tantangan menggunakan tim yang berbeda (mirip Spiral Abyss di Genshin Impact), Illusive Realm yang memiliki tantangan berbasis roguelike (mirip Simulated Universe di Honkai: Star Rail), dan Tactical Hologram yang menantang pemain menaklukkan satu bos musuh yang telah dimodifikasi.

Di antara ketiga mode endgame tersebut, yang paling menguji ketangkasan dan kesabaran pemain adalah Tactical Hologram, karena selain statnya yang terlampau kuat dan tebal, bos musuh ini memiliki skill-skill dan pola serangan tak terduga.

Developer

Di fase bulan madunya, Wuthering Waves termasuk game yang sangat dermawan karena tidak segan-segan untuk mencurahkan berbagai bansos yang jumlahnya tidak main-main.

Meskipun sebagian besar berasal dari kompensasi akibat permasalahan yang terjadi di dalam game, namun para pemain sangat mengapresiasi hal ini, baik dari segi komunikasi maupun kompensasi tadi.

Dengan jumlah yang tidak lazim ini, mungkin saja juga menjadi strategi yang jitu untuk secara langsung menantang head-to-head dengan HoYoverse. Pasalnya, memang Genshin Impact yang pemain kenal hingga sekarang, terkenal cukup pelit untuk memberikan hadiah, bahkan jika dibandingkan dengan game-game dari Developer yang sama.

Peribahasa yang tepat untuk langkah yang Kuro Games tempuh ini adalah “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.”

Tidak hanya pemberian resource secara cuma-cuma, Kuro Games bahkan berani untuk mengubah jadwal banner karakter mereka untuk mencegah titik jemu pemain akibat kurangnya variasi konten hingga akhir versi. Hal ini terbukti ketika saat banner kedua dirilis, halaman transaksi Wuthering Waves sampai mengalami error di sejumlah daerah.

Hal-hal di atas merupakan sejumlah langkah yang diambil Kuro Games untuk berupaya mengangkat citra game mereka yang baru seumur jagung. Tapi jika Kuro Games terus memperlakukan basis pemain mereka seperti ini secara konsisten, dapat dipastikan Wuthering Waves sudah unggul dibandingkan dengan Genshin Impact di hati para pemainnya.

Gacha

Yang terakhir dan salah satu aspek terpenting dari Wuthering Waves adalah sistem gacha-nya. Sama seperti game gacha pada umumnya, Wuthering Waves menerapkan berbagai kurs yang bisa digunakan untuk keperluan gacha yang berbeda. Kurs yang paling penting untuk bisa melakukan gacha adalah Astrite.

Jika sistem gacha Genshin Impact sudah dirasa cukup ideal, maka Wuthering Waves meng-elevate-nya setingkat lebih tinggi. Hal yang benar-benar sama hanyalah satu kali gacha membutuhkan 160 kurs premium, serta masih adanya sistem 50/50 di dalam semua banner-nya. Tetapi selebihnya, sistem gacha Wuthering Waves dapat dikatakan lebih baik.

Pertama-tama, total Guaranteed Pity untuk Wuthering Waves ada di 80x, berbeda dengan Genshin Impact di angka 90x. Meski banner karakter limited masih menerapkan 50/50, banner senjata limited mereka bersifat guaranted alias dijamin 100% untuk mendapatkan apa yang ada di banner.

Banner Weapon di Wuthering Waves sangat memanjakan pemain, karena tidak menambah kekhawatiran yang tidak perlu. Di Genshin Impact, pemain membutuhkan (untuk worst case) 210 hingga 240 kali gacha, yang sudah pasti membuat dompet pemain langsung kempes.

Belum lagi untuk Beginner Banner, pemain berkesempatan untuk memperoleh lebih dari satu karakter B5. Terhitung setahun setelah dirilis nanti, pemain yang membuat akun dalam rentang waktu tersebut berkesempatan untuk mendapatkan tiga dari lima karakter B5 standar, dengan rincian satu karakter random dan dua dapat dipilih.

Dengan begitu, pemain akan memperoleh awal yang kuat jika memilih karakter yang tepat. Berikut ini tips untuk memilih Selector Resonator yang sudah RRQ TopUp siapkan..

Dilihat dari segi apapun, sistem gacha yang diterapkan Wuthering Waves lebih baik daripada Genshin Impact.

Kesimpulan

Sebagai sebuah Anime RPG Open-World yang dirilis secara global, Wuthering Waves termasuk yang cukup sukses. Game ini menawarkan sebuah game multiplatform gratis dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan game satu genre.

Oleh karena itu, bagi yang sudah terbiasa bermain dengan game-game ala Souls-Like, pasti akan melahap game sejenis ini. Tapi Wuthering Waves masih juga bisa dinikmati bagi para pemain kasual yang ingin mencoba sesuatu yang baru.

Sayangnya, dari segi cerita dan narasi, Wuthering Waves belum bisa memuaskan para penikmat cerita dan lore, setidaknya untuk versi awalnya. Siapa tahu, mereka akan memberikan perhatian lebih nantinya untuk bagian ini di masa yang akan datang.

Sebagai game, Wuthering Waves layak untuk dicoba dan dimainkan, dan sebagai penantang Genshin Impact, langkah dan eksekusi Wuthering Waves sudah masuk ke jalur yang tepat, terlepas dari semua permasalahan teknis yang terjadi.

Itulah tadi Review Wuthering Waves ala RRQ TopUp. Apakah sudah sesuai dengan pengalamanmu juga? Atau mungkin bagi kamu yang belum yakin ingin mencobanya?

Kalau kamu lagi mencari tempat TopUp terpercaya, langsung saja kunjungi RRQ TopUp, karena dijamin aman dengan harga yang lebih murah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *