Disclaimer dulu di awal. Mungkin artikel ga sepenuhnya tepat dibilang ‘review’ Once Human ya, tapi mungkin lebih pas disebut ‘First Impression’ alias kesan pertama. “Once Human,” game survival open-world yang dikembangin oleh NetEase, akhirnya resmi dirilis 9 Juli 2024 kemarin. Setelah ditunggu-tunggu, game ini langsung menarik perhatian banyak gamers. Dengan elemen survival, crafting, dan eksplorasi yang kuat, serta fokus utama pada multiplayer, “Once Human” berusaha bikin gebrakan di genre game survival. Yuk, kita review Once Human: apa yang bikin game ini keren, tantangannya, dan kontroversinya.
Kelebihan “Once Human”
Visual dan Grafis yang Memukau
Salah satu keunggulan “Once Human” adalah grafisnya yang keren banget. Pakai Unreal Engine 4, game ini punya detail lingkungan dan desain karakter yang bikin pengalaman main makin seru. Dari area perkotaan yang tandus sampai hutan yang subur, bioma yang beragam ini ditampilkan dengan detail keren, efek cuaca dinamis, dan siklus siang-malam yang memikat.
Mekanik Gameplay yang Seru
“Once Human” punya mekanik survival yang kompleks, karena kita harus ngatur kesehatan, rasa lapar, dan stamina sambil menjelajahi dunia yang berbahaya. Ada juga pengumpulan sumber daya, crafting, dan bangun-bangunan, jadi pemain bisa bikin tempat berlindung dan struktur lainnya. Sistem kombatnya juga mantap, ada senjata jarak dekat dan jarak jauh, jadi pemain bisa pilih gaya bertarung sesuai selera.
Fokus Multiplayer yang Kuat
Game ini sangat fokus pada gameplay kooperatif. Kita bisa kerja sama buat bangun base, kumpulin sumber daya, dan lawan musuh, nambahin kompleksitas dan replayability. Aspek sosial di “Once Human” makin seru dengan sistem komunitas dan klan, ngajak pemain buat bikin aliansi dan terlibat dalam aktivitas kooperatif skala besar.
BACA JUGA: 20 Game Nintendo (NES) Paling Memorable! Apa Saja?
Dunia Terbuka yang Luas
“Once Human” punya dunia terbuka yang luas dengan lingkungan beragam yang ngajak pemain buat eksplorasi. Setting yang luas ini nggak cuma jadi latar dinamis buat survival, tapi juga nambah replayability game saat pemain nemuin area baru dan tantangan baru.
Kelemahan dan Tantangan
Masalah Performa
Meskipun grafisnya canggih, “Once Human” menghadapi masalah performa, terutama di hardware kelas bawah. Optimasi game buat jamin gameplay lancar di berbagai sistem bakal krusial buat suksesnya game ini. Laporan awal menunjukkan potensi frame rate rendah dan performa lambat, yang harus diperbaiki oleh developernya.
Kurva Pembelajaran yang Curam
Kompleksitas mekanik survival dan sistem crafting di “Once Human” bisa bikin pemain baru kewalahan. Buat ngatasin ini, game ini bisa manfaatin tutorial yang lebih intuitif atau pengenalan bertahap ke sistem-sistemnya. Pengalaman awal yang terlalu rumit bisa bikin beberapa pemain malas terlibat sepenuhnya.
Potensi Bug dan Glitch
Karena skala ambisius “Once Human” dan fokus multiplayernya, game ini sering ketemu bug dan glitch, terutama di tahap awal. Update dan patch yang terus-menerus bakal diperlukan buat ngatasi masalah ini dan menjaga pengalaman pemain tetap positif.
Keunikan “Once Human”
Setting Post-Apokaliptik dengan Sentuhan Unik
Meskipun setting post-apokaliptik udah sering dipakai di game survival, “Once Human” beda dengan narasi yang diisi elemen supernatural dan makhluk mutasi. Campuran horor dan fantasi ini nambah rasa unik ke game, bikin beda dari judul survival lainnya.
Gaya Grafis dan Atmosfer yang Unik
Gaya grafis di game ini nyampurin realisme dengan elemen horor dan fantasi, menciptakan pengalaman visual yang beda. Desain atmosfer, termasuk efek cuaca dan siklus siang-malam, makin nambah immersion pemain ke dunia game ini.
Sistem Komunitas dan Klan
Fokus besar pada pembangunan komunitas dan sistem klan ngajak pemain buat bikin aliansi dan terlibat dalam aktivitas kooperatif. Aspek sosial ini nggak cuma ningkatin pengalaman gameplay, tapi juga memupuk rasa persaudaraan dan tujuan bersama di antara pemain.
Kontroversi di Sekitar “Once Human”
Mikrotransaksi dan Kekhawatiran Pay-to-Win
Salah satu kontroversi terbesar di “Once Human” adalah potensi mikrotransaksi, terutama yang menyangkut elemen pay-to-win. Banyak pemain khawatir gimana sistem in-app purchase-nya akan ngaruh ke gameplay balancing. Developernya harus hati-hati banget ngatur aspek ini biar nggak bikin pemainnya kabur.
Kesamaan Konten dan Originalitas
Kritikus nunjukin kesamaan antara “Once Human” dan game survival lainnya, mempertanyakan keasliannya. Meskipun game ini punya elemen unik, game ini harus bikin identitas yang kuat buat menonjol di genre yang banyak banget saingannya.
Reputasi Pengembang dan Masalah Kepercayaan
Sebagai produk dari NetEase, perusahaan Tiongkok, “Once Human” menghadapi skeptisisme dari beberapa audiens Barat karena kontroversi sebelumnya yang menyangkut sensor dan kekhawatiran privasi data dengan perusahaan teknologi Tiongkok. Masalah kepercayaan ini bisa ngaruhin penerimaan dan kesuksesan game ini.
Kita akan bahas soal privasi data ini lagi lebih jauh di berikutnya.
BACA JUGA: 17 Game Anime Android Paling Asik Buat Dimainin di 2024!
Masalah Teknis dan Umpan Balik Pemain
Masalah Koneksi dan Server
Pemain melaporkan beberapa masalah teknis, termasuk kegagalan koneksi jaringan, waktu loading yang lama, latency tinggi, dan pemutusan tiba-tiba saat gameplay. Masalah ini sering disebabkan oleh server yang kelebihan beban dan tantangan teknis yang harus diatasi pengembang buat jamin pengalaman bermain yang stabil.
Dukungan Controller dan Kustomisasi Karakter
Awalnya, kurangnya dukungan controller jadi sumber frustrasi besar buat para pemain yang lebih suka pakai controller. Selain itu, game ini saat ini cuma ngizinin satu karakter per akun, ngebatasin kemampuan pemain buat ganti server atau mulai ulang.
Kekhawatiran Privasi dan Pengumpulan Data
Syarat Layanan (ToS) game ini memicu kontroversi besar karena persyaratan pengumpulan data yang luas, termasuk kartu identitas yang dikeluarkan negara. Ini ngangkat kekhawatiran privasi di antara pemain, yang nimbulin review bombing di platform seperti Steam. Si developernya emang udah ngerespon dengan klarifikasi praktik pengumpulan data mereka, tapi kontroversinya udah ngaruhin reputasi game ini.
Kesimpulan
Itu tadi review atau kesan pertama dari Once Human. Game ini adalah game ambisius dan visualnya keren yang menawarkan dunia post-apokaliptik yang kaya dengan mekanik survival yang seru dan komponen multiplayer yang kuat. Tapi, game ini juga menghadapi beberapa tantangan, termasuk masalah performa, kurva pembelajaran yang curam, dan kekhawatiran tentang mikrotransaksi dan privasi data. Kesuksesan game ini bakal tergantung banyak pada gimana si developernya ngatasi kelemahan-kelemahan tadi dan ngebedain game ini dari pesaingnya di genre survival.
Buat penggemar survival open-world, terutama yang suka gameplay kooperatif dan setting yang atmosferik, “Once Human” tetap game yang harus dicoba dan diikuti. Seiring perkembangan game ini setelah rilisnya, komunitas gaming bakal penasaran lihat gimana NetEase ngatasi kekhawatiran yang ada dan terus ngembangin game yang menjanjikan ini.
Oh iya, kalo kamu pengen topup di Once Human atau di game-game NetEase lainnya, jangan lupa topup-nya di RRQ TopUp ya biar dapet harga paling murah dan terjamin.