Lika-Liku Sejarah Honor of Kings Menuju Sukses

Walau Honor of Kings sukses besar di Tiongkok, sejarahnya penuh dengan kontroversi, termasuk masalah penjiplakan IP Riot Games.

Sekarang, ada banyak game mobile dengan genre MOBA, mulai dari Mobile Legends, League of Legends: Wild Rift, Onmyoji Arena, sampai Pokemon Unite. Kalau kamu ingin coba main game mobile MOBA dengan cita rasa lokal, kamu juga bisa jajal Lokapala. Namun, di 2015, satu-satunya game mobile MOBA yang populer adalah Vainglory, buatan Super Evil Megacorp. Tencent melihat hal ini sebagai kesempatan untuk membuat game MOBA mobile dan mendominasi pasar. 

Tencent pun meminta Riot Games untuk membuat versi mobile dari League of Legends. Walau di 2015 Tencent telah menguasai seluruh saham Riot, developer League of Legends itu menolak permintaan Tencent. Riot merasa, gameplay League of Legends terlalu kompleks untuk dimainkan di smartphone. Alasan lainnya adalah karena Riot menganggap, mobile bukanlah platform yang cocok untuk game kompetitif, seperti League of legends. 

Meskipun Riot menolak, Tencent keukeuh dengan rencana mereka untuk membuat game MOBA mobile. Publisher raksasa itu pun meminta dua studio lain di bawah mereka untuk mencoba membuat game mobile serupa League of Legends. 

Tampilan WE Moba dari Lightspeed & Quantum Studios. | Sumber: YouTube

Di Agustus 2015, Lightspeed & Quantum Studios merilis We MOBA, sementara TiMi Studios meluncurkan League of Kings. Satu bulan sejak diluncurkan, We MOBA berhasil menjadi game dengan total download paling banyak ke-3 di App Store secara global. Jika dibandingkan dengan We MOBA, League of Kings jauh tertinggal.

TiMi pun memutuskan untuk merombak League of Kings, dan meluncurkannya kembali pada Oktober 2015. Saat merombak League of Kings, TiMi memang banyak meniru fitur dan karakteristik dari League of Legends, termasuk konsep 5v5. Sebelum itu, TiMi menggunakan konsep 3v3 untuk League of Kings. Namun, konsep tersebut ternyata tidak disukai para gamers

Setelah dirombak, League of Kings menjadi sangat populer, mengalahkan We MOBA. Tencent pun memutuskan untuk mengucurkan investasi ke TiMi untuk membuat League of Kings menjadi semakin sukses. Sayangnya, popularitas League of Kings justru memicu amarah Riot. 

Amarah Riot Games

Sumber amarah Riot Games adalah karena mereka merasa, desain dan skill dari karakter-karakter di League of Kings merupakan jiplakan dari League of Legends, yang merupakan pelanggaran hak cipta. Riot pun protes ke Tencent.

Untuk menenangkan Riot, Tencent mengatakan bahwa mereka akan mengubah League of Kings sehingga game itu tidak terlalu menyerupai League of Legends. Hanya saja, saat itu, League of Kings telah dikenal sebagai “versi mobile dari League of Legends” di kalangan gamers Tiongkok.

Tampilan Arena of Valor.

Tencent merasa, sudah terlambat untuk mengubah League of Kings. Pada akhirnya, League of Kings hanya diubah sedikit dan namanya diganti menjadi Honor of Kings. Tencent membatalkan peluncuran game ini secara global. Sebagai gantinya, Tencent merilis Arena of Valor, dengan konten yang agak berbeda dari Honor of Kings. 

BACA JUGA: 7 Tips Bermain Roaming Honor of Kings

Peluncuran Arena of Valor membuat hubungan antara Riot dan Tencent menjadi renggang. Meskipun begitu, Riot mengatakan bahwa relasi mereka dengan Tencent masih kuat dan perselisihan terkait game mereka hanyalah masalah kecil. 

Beberapa tahun kemudian, Riot akhirnya menyadari bahwa pasar game mobile memang punya potensi besar. Di Oktober 2019, Riot meluncurkan versi mobile dari League of Legends, yaitu Wild Rift. Beberapa bulan sebelum peluncuran Wild Rift, Tencent berhenti mengiklankan Arena of Valor di Eropa dan Amerika Utara, dengan tujuan untuk memberi ruang untuk Wild Rift tumbuh dan mendapatkan playerbase

Tencent vs Pemerintah Tiongkok

Semakin tinggi pohon, semakin kencang anginnya. Peribahasa ini cocok untuk menggambarkan keadaan Tencent dan Honor of Kings. Di 2017, Honor of Kings diperkirakan punya lebih dari 50 juta pengguna aktif bulanan. Namun, kesuksesan Tencent dengan Honor of Kings justru memantik kemarahan People’s Daily, koran yang mendapatkan dukungan pemerintah Tiongkok. Surat kabar tersebut menyebut Honor of Kings sebagai “racun” dan “narkoba” yang membuat remaja kecanduan. 

Game mobile dianggap sebagai candu untuk gamers di bawah umur. | Sumber: Pexel

Selain itu, People’s Daily juga meminta pemerintah untuk memperketat peraturan terkait game online. Alhasil, di 2017, pemerintah Tiongkok memutuskan untuk membatasi waktu bermain Honor of Kings untuk gamers yang berumur di bawah 18 tahun. Gamers yang berumur di bawah 12 tahun hanya bisa memainkan game itu selama satu jam per hari. Sementara waktu main untuk gamers yang berumur 12 sampai 18 tahun dibatasi menjadi dua jam per hari. 

Di 2017, Honor of Kings juga harus melalui kontroversi lain, yaitu terkait penamaan karakter dalam game. Banyak karakter di Honor of Kings menggunakan nama tokoh dalam sejarah di Tiongkok. Namun, meskipun didasarkan pada tokoh sejarah, karakter-karakter tersebut biasanya punya lore dan skill yang jauh berbeda dari tokoh yang menjadi inspirasinya. 

Tencent pun mendapatkan kecaman dari Guangming Daily, yang berargumen bahwa keputusan Tencent untuk memberikan nama tokoh bersejarah untuk karakter dalam Honor of Kings bisa membuat para gamers muda bingung, mengira cerita dalam Honor of Kings sebagai cerita yang memang sesuai dengan sejarah.

Li Bai dari Honor of Kings.

Sebagai contoh, di Honor of Kings, Li Bai merupakan seorang assassin. Padahal, dia sebenarnya adalah seorang penyair yang hidup di era Dinasti Tang. Contoh lainnya adalah Bian Que, yang dikenal sebagai ahli pengobatan pertama di Tiongkok. Namun, di Honor of Kings, dia tidak hanya punya kemampuan untuk menyembuhkan, tapi juga dapat meracuni musuhnya. 

Sebagai pembelaan diri, Tencent menjelaskan alasan mereka menggunakan nama dari tokoh sejarah dalam Honor of Kings. Mereka mengungkap, mereka ingin membuat generasi muda tertarik dengan sejarah. Karena, Tencent tidak hanya menamai karakter dalam Honor of Kings berdasarkan penyair dan tokoh sejarah lainnya, mereka juga membuat voice actors menyuarakan syair atau lagu terkait karakter tersebut. 

Respons masyarakat akan kritik dari Guangming Daily beragam. Sebagian setuju, sementara sebagian yang lain merasa, sang jurnalis terlalu melebih-lebihkan. Teng Li, seorang ibu dari pemain Honor of Kings merasa, anaknya pasti tahu kalau Li Bai adalah penyair dan bukannya assassin. Walau dia mengaku, untuk tokoh sejarah yang anaknya tidak tahu, dia mungkin akan mengira bahwa karakter dalam game memang menggambarkan tokoh tersebut di dunia nyata.

Penutup: Sejarah Honor of Kings Belum Berakhir

Pada akhirnya, keputusan Tencent untuk merilis game MOBA mobile membuatnya berhasil mendapatkan untung besar. Menariknya, walau Honor of Kings laku keras di Tiongkok, Arena of Valor gagal untuk meraih popularitas serupa. Pada akhirnya, Tencent memutuskan untuk merilis Honor of Kings secara global. Namun, masih belum diketahui apakah Honor of Kings akan bisa menggeser game-game MOBA mobile lain, seperti Mobile Legends.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *